Kegiatan Estafet Karet Menggunakan Sedotan (foto By Josep Kellen) |
Tangan-tangan kecil tampak lihai menggerakan pensil dan crayon di atas kertas putih yang ada di hadapanya. Ada beberapa
anak yang nampak sangat serius mewarnai sketsa gambar di kertas putih itu,
dengan wajah yang hampir menyentuh
meja belajar mungilnya, namun ada juga yang
nampak sibuk menjahili teman di sebelahnya. Itulah tingkah anak-anak yang hadir
dalam lomba menggambar dan mewarnai yang
diselenggarakan oleh Sanggar Sahabat Anak Bandulan dalam rangka merayakan Hari Anak
Nasional 2016 di bumi perkemahan Bedengan
pada Minggu (31/7/2016).
Mereka
adalah 52 anak-anak (usia PAUD sampai
dengan Kelas 1 SMP) yang datang dari beberapa sanggar anak yang berada di kota
Malang antara lain: Sanggar Sahabat
Anak Bandulan (SSA Bandulan), Sanggar Pandan Landung dan Taman Baca Masyarakat
Wacan. Selain itu turut hadir pula beberapa anggota Karang Taruna Kampung Cempluk yang datang
menyambangi kegiatan anak-anak tersebut.
Selain
lomba mewarnai dan menggambar, kegiatan yang dimulai dari pukul 09.00 WIB
-14.00 WIB ini juga diselingi permainan
estafet karet dengan sedotan, Spider web, dan perahu karung. Selain itu
kegiatan ini dihibur oleh penampilan angklung dan kelompokm perkusi yang turut
memeriahkan suasana kegiatan itu di antara deretan batang pinus muda yang
berdiri di antara mereka.
Miki Koten (32), koordinator SSA
Bandulan saat di temui Selasa (2/8) kemarin mengatakan “saat ini anak tidak
lagi nyaman dan aman dalam lingkunganya, di lingkunganya anak mengalami
tindakan kekerasan oleh anak sendiri maupun oleh orang yang menyebut dirinya
orang dewasa; hal inilah yang kemudian melatar belakangi diadakanya kegiatan
ini”.
Miky Koten ketika menemani anak-anak Sanggar Sahabat Anak Malang mewarnai (foto by Josep Kellen) |
Menurut Miki
kekerasan yang dialami anak-anak saat ini dapat dipilah dalam beberapa kejadian
antara lain
Pertama
kekerasan yang terjadi di dalam keluarga umumnya disebabkan oleh faktor ekonomi
dan hubungan yang tidak harmonis antara orang tua yang kemudian menempatkan
anak-anak sebagi pelampiasan emosi orang tuannya. Kedua kekerasan yang dilakukan oleh oknum
guru, hal ini terjadi karena kaburnya batasan antara ketegasan guru dalam
mendidik anak-anaknya dan penerapan Undang-undang perlindungan Anak dan yang
ketiga adalah pengaruh game on line yang
kemudian membentuk mental individual dan agresif anak-anak terhadap teman
sepermaninannya.
Lebih jauh Miki
berharap agar lingkungan masyarakat bisa mendukung dan membuka mata terhadap
persoalan anak-anak yang terjadi terutama masalah pendidikan anak-anak yang
mengutamakan pendidikan karakter dan mental. Selain itu perlu adanya
sosialisasi bahwa “anak butuh lingkungan yang nyaman sehingga cegah sejak dini
kekerasan terhadap anak”.
Sebelumnya sehari setelah momen Hari
Anak Nasional, Minggu 24/7 lalu, SSA
Bandulan telah melaksanakan sarasehan dengan para orang tua dalam rangka
berbagi pengetahuan untu membangun pola kelekatan antara orang tua dengan
anak-anak untuk menanggulang tindak kekerasan terhadap anak yang dilaksanakan
di Sanggar Sahabat Anak Bandulan. (yos)
0 komentar:
Posting Komentar