Mokantarak United Menyongsong Juara...(Foto by Jo Kellen) |
Sore itu 10 September 2017 cuaca
panas Larantuka masih menjadi sahabat yang setia. Hilir mudik kendaraan
lalu-lalang di jalan negara desa Mokantarak. Memang bukan di kota besar tapi
kebisingan mesin kendaraan cukup mengusik ketenangan masyarakat desa yang hanya
berjarak sekitar 7 Km dari kota Larantuka.
Mokantarak masih menggeliat dengan
renovasi bangunan balai desa pada waktu itu, bukan hanya bangunan fisik di
dalam desa, derap langkah kebijakan pemerintah mulai memberikaan cuaca cerah
bagi kegiatan kaum mudanya.
Lapangan voli di dekat balai desa pun hampir selalu
ramai dengan kegiatan kaum mudanya. Napas baru meskipun masih terengah-engah
mendaki gunung pembangunan mental dan karakter bangsa mulai dari desa hingga
kota seperti semboyan Bupati Flores Timur “Desa Membangun, Kota Menata”.
Di tengah sore yang sibuk itu
beberapa anak muda mulai tampak berkumpul apik dipinggir jalan itu. Dua buah
bola kaki yang tampak mulai lecet di offer
diantara mereka. “pemanasan” katanya. beberapa dari mereka pun masih sibuk
kesana-kemari meminjam sepatu bola temannya, meskipun beberapa sepatu bola yang
mulai sobek masih dapat mereka akali untuk bisa dipakai sore itu.
Mokantarak United Skuad bersama Para Pelatih..(Foto By Jo Kellen) |
Gambaran semangat dalam kesederhanaan dan serba kekurangan tampil sebagai tema besar persiapan pertandingan melawan salah satu klub bola dari desa Riangduli Kecamatan Titehena. Itu kali pertama saya mengikuti degub embrio awal klub kebanggaan Mokantarak United.
Modal 5 ribu rupiah dari sisa uang jajan
dikumpulkan oleh salah seorang dari mereka untuk biyaya ganti bahan bakar pick up yang memobilisasi mereka ke
tempat pertandingan. Kekurangan bukan jadi halangan untuk berprestasi, kalau
bisa bahu membahu keyakinan mereka terus tumbuh.
Bukan pula perkara menang atau kalah, yang penting mereka bisa menyalurkan semagat mudanya. Embrio Mokantarak muda mulai bergerak ke tempat pertandingan, meski berdesakan dalam pick up. Serba sukarela tanpa donatur besar atau investor. Bukan kemenangan tetapi semangat yang merasuki mereka membuat mereka mulai galau kalau tidak main bola. Sepatu pinjam, bola seadanya, konstum pun pijam, mereka hanya bermodalkan semangat. Mokantarak muda bergerak ke Riangduli.
Di dalam perjalanan tampak beberpa
orang tua mereka juga turut mengiringi semangat mereka bermain bola, tua tapi
jiwa muda celetuk salah satu orang tua yang hadir di lapangan bola desa
Riangduli sore itu. Setibanya di lapangan bola mereka pun mulai melakukan
pemanasan ringan sambil menuggu tuan rumah yang tampak mulai berdatangan.
Beberapa orang tua yang hadir mulai sibuk menyiapkan minuman kemasan untuk para
pemain muda itu.
Pertandingan berlangsung seru dengan jual beli serangan kedua
belah pihak. Sorakan penonton terdengar riuh rendah ketika klub kesayangan
mereka mulai menggiring bola ke gawang lawan. Singkatnya pertandingan sore itu
berlangsung sengit namun seru, keasyikan mereka mengiringi mentari tua kembali
ke peraduan.
Evalusasi seusai pertandingan mereka lakukukan sambil minum the di
rumah salah seorang sanak dari Mokantarak yang saat itu berdomisisli di Riangduli.
Mereka pun pulang dengan masih mengenakan kostum pinjaman yang telah basah oleh
keringat semangat sore itu.
Mereka ternyata tidak main-main, 22
September 2017 pukul 20.00 WITA, mereka mengundang para pengurus dusun Lagaribu
dan Tapoago untuk duduk bersama membuat sebuah langkah awal membentuk sebuah
klub sepak bola. Pohon mangga depan rumah bapak kepala dusun Lagaribu
menyaksikan sendiri pertemuan malam itu.
Aliando Cup yang rencananya
dilangsungkan bulan Oktober 2017 menjadi visi awal. Mereka tidak meminta
banyak, hanya motivasi awal mereka dapat terorganisir dalam sebuah klub sepak
bola untuk bisa melanggeng ke turnamen tersebut. Syukurlah semangat mereka
mendapat tanggapan positif dari para aparat desa dan tokoh pemuda yang hadir
malam itu.
Perjuangan awal pun di mulai pada
malam itu dengan pembentukan manajemen klub dan ugu ege dengan segala sesuatunya. Bapa Milan Koten terpilih sebagai
kepala klub dan pelatih di percayakan kepada bapa Ans Kellen, sedangkan urusan doi masih bersifat patungan dari anggota
dan pengurus, termasuk transportasi serta kostum pemain. jadwal latihan pun
dibuat mulai dari latihan fisik dan teknik, tentunya hal ini menyesuaikan dengan
jadwal sekolah para pemain.
Suatu lompatan yang terhitung nekad namun tegas. sementara
para pemain mulai melakukan latihan rutinnya para pengurus pun mulai memiliki
kesibukan baru dengan urusan manajerial klub, mulai dari pendanaan serta sertifikasi resmi di ASKAB. Pertemuan rutin pun terus berlanjut demi pemantapan
manajemen klub, mulai dari nama kulb, logo serta perkembangan dana yang masuk.
Gesekan- gesekan awal pun mulai tampak, bakat-bakat Lewotana pun mulai merapat.
Kali ini bukan lagi berbicara tentang klub melainkan tentang urusan Desa. Kesepakatan
pun terus berjalan. dan fanatisme pun mulai tumbuh. Turnamen bukan lagi
tujuan utama mereka melainkan wadah baru
untuk eksistensi dan kreatifitas anak muda lewotana menjadi visi barunya.
Selanjutnya, dengan menyandang nama Mokantarak United (MU), mereka mulai
melangkah dengan semangat barunya. Di bawah bendera Anjing hitam yang sedang
menggigit bola, MU muda terus tumbuh. Sayangnya saya tidak bisa mengikuti MU
hingga turnamen. Saya harus kembali ke Malang untuk beberapa urusan Study. Akan
tetapi beberap kali saya masih menyaksikan kegempitaan masyarakat Mokantarak
dengan klub barunya.
Barisan supporter fanatiknya selalu menghiasi notifikasi facebook dengan postingan
tentang pertandingan MU di turnamen yang mereka ikuti. Selanjutnya belakangan seusai
turnamen beberapa wacana mulai mencuat mengenai pembuatan stadion untuk desa
Mokantarak.
MU kini bukan lagi berjalan dengan
semangat dan hobi saja melainkan keharuman nama Lewotana terpanggul di pundak
mereka. Namun di balik semua kemeriahan dan langkah besar itu alangkah lebih
baik kita meliihat lagi tujuan dan semangat awal pembentukan MU.
Ini bukan saja tentang perkara bola atau olah raga melainkan semangat anak muda yang harus dibimbing, dibina dan di perjuangkan untuk kebaikan mereka, kebaikan keluarganya dan bahkan kebaikan Lewotana. (Josep Kellen-Malang, 1 Juni 2018).
0 komentar:
Posting Komentar