"Soka" (menari) serta "dolo-dolo" yang menjadi lambang ungkapan kegembiraan dalam penyambutan sebuah kesuksesan dari Pertanian atau kemenangan dalam perang. |
Masyarakat suku Lamaholot meyakini bahwa waktu tidak hanya bersifat siklis/spiral aka tetapi
mereka meyakini bahawa perputaran waktu behubungan langsung dengan pekerjaan
mereka sebagai petani (dalam hal ini waktu juga bersifat fungsional).
Oleh karena itu masyarakat lamaholot membagi perhitungan bulan sesuai dengan waktu kerja mereka
sebagai petani:
Bulan Agustus dinamakan “Beolan”
karena di bulan ini dimulai dengan kegiatan “ola” atau kerja kebun.
Bulan September dinamakan dengan
“Kayo Karen” dikarenakan pada bulan ini ditandai dengan gugurnya daun-daun
pohon (kayo).
Bulan November dinamakan “Toben
Nika” atau “Nubak Baken” (alat yang digunakan untuk menanam), hal ini
dikeranakan pada bulan inilah dimulainya kegiatan menanam.
Bulan Desember dinamakan “Toban
Nika” (menjatuhkan atau meletakan alat yang dipakai untuk menanam), karena pada
bulan ini kegiatan menanam dihentikan.
Bulan Januari disebut “Mepik”
karena pada bulan ini para petani Lamaholot memetik (hepik) daun tertentu
sebagai alas kaki ketika menyiangi rumput.
Bulan Februari disebut “Ma’ek”
karena pada bulan ini curah hujan meningkat sehingga sering terjadi banjir.
Bulan Maret disebut “Kwae Ra’en”
karena pada bulan ini para “kwae” (istri) mendapat makanan dari hasil sulung
(pertama) tahunan.
Bulan April dinamakan “Kebarek
ra’en” karena pada bulan ini para gadis (kebarek) menikmati hasil sulung
tahunan.
Bulan Mei dinamakan “Kelake
ra’en” karena pada bulan ini para bapa atau suami (kelake) menikmati hasil
sulung tahunan.
Bulan Juni dinamakan “Sorit
(simpan)” karena pada bulan ini merupakan waktu dimana persiapan memetik dan
panen.
Bulan Juli disebut “Wu’u Nuran
(hasil baru) atau “Berauk” karena pada bulan ini perupakan perayaan puncak
kegiatan panen sehingga dibuatkan upacara syukur atas panenan. (Jo Kellen)
(Sumber: Etika dan Moralitas
Lamaholot bagi Pejabat Publik – Belajar dari Tradisi Pembangunan “Koko Bale”
dan Pembukaan “Etan”. Oleh: Pater
Dr.Yosef Suban Hayon, SVD)
0 komentar:
Posting Komentar